0
komentar
Yukss kenalan dengan "Sasirangan"
Sasirangan adalah kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan,
kain yang didapat dari proses pewarnaan rintang dengan menggunakan
bahan perintang seperti tali, benang atau sejenisnya menurut corak-corak
tertentu. [Sumber]
A. Sejarah
Kain Sasirangan umumnya digunakan sebagai kain adat yang biasa digunakan
pada acara-acara adat suku Banjar. Kata sasirangan berasal dari kata
menyirang yang berarti menjelujur, karena dikerjakan dengan cara
menjelujur kemudian diikat dengan tali raffia dan selanjutnya dicelup,
hingga kini sasirangan masih dibuat secara manual.
Menurut sejarahnya, Sasirangan merupakan kain sakral warisan abad XII saat Lambung Mangkurat menjadi patih Negara Dipa. Awalnya sasirangan dikenal sebagai kain untuk “batatamba” atau
penyembuhan orang sakit yang harus dipesan khusus terlebih dahulu (pamintaan) sehingga pembutan kain sasirangan seringkali mengikuti kehendak pemesannya. Oleh karena itu, Urang Banjar seringkali menyebut sasirangan kain pamintaan yang artinya permintaan. Selain untuk kesembuhan orang yang tertimpa penyakit, kain ini juga merupakan kain sakral, yang biasa dipakai pada upacara-upacara adat.
Pada zaman dahulu kala kain sasirangan diberi warna sesuai dengan tujuan pembuatannya, yakni sebagai sarana pelengkap dalam terapi pengobatan suatu jenis penyakit tertentu yang diderita oleh seseorang.
Arti Warna Sasisangan :
- Kain sasirangan warna kuning merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit kuning (bahasa Banjar kana wisa)
- Kain sasirangan warna merah merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit kepala, dan sulit tidur (imsonia)
- Kain sasirangan warna hijau merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit lumpuh (stroke)
- Kain sasirangan warna hitam merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit demam dan kulit gatal-gatal
- Kain sasirangan warna ungu merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit perut (diare, disentri, dan kolera)
- Kain sasirangan warna coklat merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit tekanan jiwa (stress)
Dahulu kala kain sasirangan diberi warna dengan zat pewarna yang dibuat
dari bahan-bahan yang bersifat alami, yakni dibuat dari biji, buah,
daun, kulit, atau umbi tanaman yang tumbuh liar di hutan atau sengaja
ditanam di sekitar tempat tinggal para pembuat kain sasirangan itu
sendiri.
Ada 6 warna utama kain sasirangan yang dibuat dari zat pewarna alami dimaksud, yakni :
- Kuning, bahan pembuatnya adalah kunyit atau temulawak.
- Merah, bahan pembuatnya adalah gambir, buah mengkudu, lombok merah, atau kesumba (sonokeling, pen)
- Hijau, bahan pembuatnya adalah daun pudak atau jahe
- Hitam, bahan pembuatnya adalah kabuau atau uar
- Ungu, bahan pembuatnya adalah biji buah gandaria (bahasa Banjar Ramania, pen)
- Coklat, bahan pembuatnya adalah uar atau kulit buah rambutan
Supaya warnanya menjadi lebih tua, lebih muda, dan supaya tahan lama
(tidak mudah pudar), bahan pewarna di atas kemudian dicampur dengan
rempah-rempah lain seperti garam, jintan, lada, pala, cengkeh, jeruk
nipis, kapur, tawas, cuka, atau terusi.
B. Motif Kain Sasirangan
Motif-motif kain sasirangan banyak sekali jumlahnya. Motif yang umum diketahui yaitu beberapa motif berikut ini :
- Iris Pudak
- Kambang Raja
- Bayam Raja
- Kulit Kurikit
- Ombak Sinapur Karang
- Bintang Bahambur
- Sari Gading
- Kulit Kayu
- Naga Balimbur
- Jajumputan
- Turun Dayang
- Kambang Tampuk Manggis
- Daun Jaruju
- Kangkung Kaombakan
- Sisik Tanggiling
- Kambang Tanjung
C. Proses Pembuatan
Secara garis besar urutan proses pembuatan kain sasirangan adalah sebagai berikut:
Secara garis besar urutan proses pembuatan kain sasirangan adalah sebagai berikut:
0 komentar:
Posting Komentar